Sabtu, 25 April 2009

Analisis SWOT

SWOT harus mencakup semua aspek/area berikut ini, yang masing-masing
dapat merupakan sumber kekuatan, kelemahan, kesempatan, atau ancaman,
misalnya:

Beberapa contoh lingkungan internal lembaga pendidikan;
1. tenaga kependidikan dan staf adminstrasi
2. ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas sarana prasarana
(lingkungan belajar).
3. siswa yang ada
4. anggaran operasional
5. program riset dan pengembangan iptek
6. organisasi atau dewan lainnya dalam sekolah

Bebrapa contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan
1. tempat kerja yang prospektif bagi lulusan
2. orang tua dan keluarga siswa
3. lembaga pendidikan pesaing lainnya
4. sekolah /lembaga tinggi sebagai persiapan lanjutan
5. demografi sosial dan ekonomi penduduk
6. badan-badan penyandang dana

3. Survei Internal tentang Kekuatan dan Kelemahan

Secara historis, para administrator berupaya menarik minat siswa agar
memasuki/memlih program yang ada pada lembaga pendidikan mereka dengan
cara meningkatkan promosi dan iklan tanpa memperhatikan kelemahan dan
kekuatan lembaga pendidikan yang mereka kelola. Apabila, keadaan audit
internal seperti ini dilaksanakan, maka akan timbul area/aspek yang
menghendaki beberapa perubahan. Lebih dari itu, potensi dan
kemungkinan-kemungkinan akan adanya service dan program-program
inovasi baru bisa juga muncul. Dengan membuat seluruh daftar tentang
kelemahan internal maka akan tampak area/aspek yang bisa diubah guna
untuk memperbaiki kinerja lembaga pendidikan, termasuk segala
sesuatunya yang berada di luar jangkauan kontrol. Contoh mengenai
kelemahan inheren adalah cukup banyak. Misalnya sebagai berikut: moral
staf adminstrasi dan staf pengajar yang rendah; bangunan infrastruktur
yang kurang memadai; fasilitas sarana prasarana, serta laboratorium di
bawah standar; langkanya sumber-sumber daya instruksional; dan
termasuk lokasi lembaga pendidikan tersebut.

Sedangkan kekuatan yang ada perlu juga didaftar, sebagai contoh
kekuatan potensial dapat berupa: (a) pembebanan biaya pendidikan yang
rasional terhadap siswa; (b) tenaga pengajar yang berdedikasi dan
bermoral tinggi; (c) akses dengan lembaga pendidikan lanjutan atau
universitas-universitas yang lain, dimana siswa dapat mentransfer
kredit mata pelajaran yang telah diperoleh; (d) reputasi yang baik
dalam menyediakan pelatihan yang diperlukan untuk memperoleh
pekerjaan; dan (e) perbedaan populasi siswa.

Penaksiran kekuatan dan kelemahan juga bisa dilakukan melalui survei,
kelompok-kelompok fokus, wawancara dengan murid dan bekas murid, dan
sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Begitu kelemahan dan kekuatan
tergambar, maka akan memungkinkan untuk mengkonfirmasi item-item
tersebut. Harus dimafhumi bahwa persepsi yang berbeda-beda bisa
timbul, tergantung pada kelompok-kelompok representatif yang dihubungi
dan dimintai pendapatnya.

4. Survei Eksternal tentang Ancaman dan Kesempatan

Gambaran eksternal bersifat komplementer terhadap self-study internal
di dalam analisis SWOT. Pengaruh-pengaruh nasional dan regional
seperti masalah-masalah lokal dan negara adalah yang paling penting
dalam memutuskan program baru apa saja yang perlu ditambah atau
program yang sudah ada dan perlu dimodifikasi atau diganti. Gilley
dkk. (1986) menetapkan sepuluh dasar-dasar institusi yang
"on-the-move" (sedang maju), salah satunya adalah kemampuan institusi
atau lembaga untuk menjaga pengawasan yang lebih dekat atas
masyarakat. Tidak hanya administrator saja yang harus mengawasi
masyarakatnya, namun mereka juga memainkan perananan kepemimpinan
dengan memberikan isu-isu itu yang berkaitan secara langsung maupun
tidak.

Informasi tentang iklim dan trend bisnis yang ada, perubahan penduduk,
dan jumlah pegawai serta tingkat lulusan sekolah menengah harus
dipertimbangkan dalam tahap studi pengembangan ini. Sejumlah sumber
informasi harus diliput, tidak hanya terbatas kepada pengurus sekolah
saja, melainkan termasuk orang tua siswa, tokoh masyarakat, surat
kabar, majalah, jurnal pendidikan, dewan penasehat, dunia industri,
dan lainnya. Sehingga masing-masing dapat merupakan sumber potensial
sebagai informasi yang sangat berharga.

Ancaman harus dikenali, sebab ancaman dapat berwujud dalam berbagai
bentuk. Besarnya anggaran pendidikan yang terbatas dianggap suatu
peraturan daripada dianggap sebagai suatu pengecualian. Anggaran
pemerintah umumnya diperuntukkan pada usaha pengembangan pendidikan
yang tidak bersifat khusus, sehingga mempunyai dampak atas pelaksanaan
program dengan anggaran-tinggi. Terbatasnya industri/dunia kerja untuk
menyerap tenaga kerja sebagai keluaran pendidikan. Lembaga pendidikan
lain yang sejenis atau perguruan tinggi telah lebih dulu membuat
beberapa program baru untuk menarik siswa lebih banyak atas program
yang sama. Di samping juga, menurunnya jumlah lulusan sekolah menengah
dapat menimbulkan suatu ancaman dengan adanya berkurangnya permintaan
siswa terhadap program yang telah direncanakan.

Adanya suatu perubahan kesadaran atau pola pikir masyarakat akan
menciptakan kesempatan potensial untuk memberikan isu-isu baru dengan
jalan memberikan layanan pendidikan yang lebih bermutu dan
berkualitas. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang bersifat
global, juga mempunyai areal/aspek kesempatan. Industri atau bisnis
baru apa yang dapat muncul di masa akan datang, dengan mencari siswa
lulusan pendidikan kejuruan berketrampilan serta terlatih baik.

Harus dipahami juga bahwa kesempatan dan ancaman tidak absolut
sifatnya. Apa yang pertama-tama nampak akan menjadi suatu
kesempatan/peluang, mungkin tidak muncul bila dikaitkan dengan
sumber-sumber daya atau harapan masyarakat. Makin banyak sumber daya
atau harapan masyarakat, maka makin besar pula tantangan dalam
menggunakan metode analisis SWOT, sehingga memungkinkan untuk membuat
penilaian yang benar dan tepat serta lebih menguntungkan baik secara
institusi maupun lingkungan masyarakat. Dalam lembar-2 dan 3
menggambarkan sebuah contoh penggunaan lembaran kerja analisis SWOT.

Tidak ada komentar: